Maroko diguncang oleh gempa bumi berkekuatan 6,8 skala Richter pada Jumat (8/9/2023) malam yang menewaskan sedikitnya 2.012 orang dan melukai lebih dari 600 orang lainnya.
Gempa tersebut terjadi akibat aktivitas sesar aktif di Zona Pegunungan Atlas, Maroko, yang merupakan jalur pegunungan yang membentang dari barat daya hingga timur laut negara tersebut.
Salah satu kota yang paling terdampak adalah Marrakesh, ibu kota wilayah Marrakesh-Safi, yang terletak sekitar 100 km dari pusat gempa.
Kota ini merupakan salah satu tujuan wisata utama di Maroko karena memiliki banyak situs warisan budaya yang terdaftar sebagai Warisan Dunia UNESCO.
Namun, gempa tersebut merusak sebagian besar kota tua Marrakesh, termasuk masjid bersejarah yang berasal dari abad ke-12.
Banyak warga dan wisatawan yang panik dan berlarian keluar dari bangunan saat gempa terjadi. Beberapa di antaranya mengalami luka-luka akibat tertimpa reruntuhan atau pecahan kaca.
Saksi mata mengatakan bahwa suara gempa itu seperti jet tempur yang melintas di atas langit. “Saya terbangun ketika langit-langit hotel sebagian retak,” kata Rizki Pratama, seorang peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Indonesia yang sedang mengikuti konferensi di Marrakesh.
Pemerintah Maroko telah menetapkan status darurat dan mengirimkan bantuan kemanusiaan ke daerah-daerah terdampak.
Presiden Maroko, Saadeddine Othmani, mengunjungi lokasi gempa dan menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban.
Ia juga berjanji akan membangun kembali infrastruktur dan situs warisan budaya yang rusak akibat gempa.
Gempa Maroko ini merupakan salah satu gempa paling mematikan yang pernah terjadi di negara tersebut.
Gempa terakhir yang menewaskan lebih dari 1.000 orang adalah gempa tahun 1960 di Agadir, yang juga berada di Pegunungan Atlas.
Gempa tersebut memiliki kekuatan 5,7 skala Richter dan menewaskan sekitar 15.000 orang.